Listrik di Indonesia, menurut yang dilansir dari Koran Kompas beberapa
waktu yang lalu sedang krisis. Beberapa pembangkit yang seharusnya
menyuplai listrik ke pulau Jawa dan Bali mengalami kerusakan atau
setidaknya mengalami penurunan daya listrik. Hal ini tentu saja membuat
gusar beberapa orang, terutama yang nantinya mungkin akan mengalami
pemadaman. Tapi sebenarnya seberapa tahu kita terhadap masalah ini? Atau
lebih umumnya, apakah anda mengetahui bagaimana sebenarnya listrik
diproduksi dan didistribusikan?
Untuk menjawab pertanyaan itulah, kenapa akhirnya saya mencoba membuat artikel umum mengenai pengetahuan perlistrikan kita, dan ingin mengajak pembaca untuk lebih melihat kedalam mengenai produksi listrik, khususnya di Jawa dan Bali.
- Listrik tidak bisa disimpan secara efektif
Dalam skala besar, saat ini tidak ada
teknologi yang cukup efisien digunakan untuk menyimpan energi listrik
yang dihasilkan oleh pembangkit, untuk detailnya saya tidak mengetahui
secara pasti, tapi kalau saya boleh berpendapat, mungkin dari sisi biaya
mengubah arus AC ke arus DC untuk kemudian disimpan didalam baterai
masih mahal, belum lagi dilihat dari sisi efisiensi loss dan lain
sebagainya, -ini hanya asumsi saya saja-.
Karakteristik inilah yang membuat industri pembangkitan jauh berbeda secara prinsip dengan industri lain, katakanlah industri customer’s good.
Industri customer’s good beroperasi untuk mengisi stok, sangat jarang saya temui industri customer’s good yang langsung mendistribusikan barangnya langsung setelah keluar dari lini produksi terakhirnya, adanya faktor menyimpanan ini membuat gangguan pada produksi barang cenderung tidak berpengaruh, karena kekurangan ini bisa diambil dari stok barang yang ada di gudang.
Tidak demikian dengan industri pembangkit. Industri pembangkit karena tidak bisa menyimpan hasil produksinya, yaitu listrik (dalam bentuk arus AC), cenderung untuk berproduksi sesuai dengan demandnya, yaitu kebutuhan listrik nasional, atau dalam konteks ini, kebutuhan listrik Jawa Bali. Berproduksi melebihi apa yang diminta, maka sisanya akan terbuang percuma, berproduksi dibawah permintaan, maka akan dicomplaint oleh pelanggan, belum lagi biasanya suatu powerplant yang trip(mati) biasanya akan “menarik” powerplant-powerplant sekitarnya. Juga tidak mustahil kalau kemudian di demo masyarakat dan lain-lain.
Karakteristik inilah yang membuat industri pembangkitan jauh berbeda secara prinsip dengan industri lain, katakanlah industri customer’s good.
Industri customer’s good beroperasi untuk mengisi stok, sangat jarang saya temui industri customer’s good yang langsung mendistribusikan barangnya langsung setelah keluar dari lini produksi terakhirnya, adanya faktor menyimpanan ini membuat gangguan pada produksi barang cenderung tidak berpengaruh, karena kekurangan ini bisa diambil dari stok barang yang ada di gudang.
Tidak demikian dengan industri pembangkit. Industri pembangkit karena tidak bisa menyimpan hasil produksinya, yaitu listrik (dalam bentuk arus AC), cenderung untuk berproduksi sesuai dengan demandnya, yaitu kebutuhan listrik nasional, atau dalam konteks ini, kebutuhan listrik Jawa Bali. Berproduksi melebihi apa yang diminta, maka sisanya akan terbuang percuma, berproduksi dibawah permintaan, maka akan dicomplaint oleh pelanggan, belum lagi biasanya suatu powerplant yang trip(mati) biasanya akan “menarik” powerplant-powerplant sekitarnya. Juga tidak mustahil kalau kemudian di demo masyarakat dan lain-lain.
- Pembangkitan listrik
Analogi mudahnya adalah dinamo di sepeda anda (kalau ada) yang bisa membuat lambu sepeda anda menyala bila dinamo tadi dihubungkan dengan roda, biasanya roda depan.
Bila kita upscale kedalam skala industri, maka anggap saja generator tadi dihubungkan dengan tenaga penggeraknya sehingga dapat berputar dan menghasilkan listrik.
- Jenis pembangkit listrik
Bila kita melakukan klasifikasi dari sisi bahan bakar, maka pembangkit akan dibagi menjadi beberapa jenis yang anda pasti sudah familiar:
- Batubara
- Nuklir
- Gas
- Panas Bumi
- Biogas
- Matahari, dan lainnya.
- Turbin uap
- Turbin gas
- Turbin air
- Reciprocating engine, dan mungkin masih ada lagi yang saya tidak tahu.
Ada beberapa macam energi pembangkit listrik, sebagai berikut.
1. Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA)
Prinsip pembangkit listrik tenaga air adalah pemanfaatan air sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik, yaitu dengan cara sebagai berikut.
Dari sebuah danau atau sungai yang dibendung, air dialirkan melalui suatu terowongan dengan diatur oleh alat pengontrol. Terowongan air ini dibuat sedemikian rupa sehingga air dijatuhkan dari ketinggian 100 m atau lebih, hal ini bertujuan untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik yang sebesar-besarnya. Ujung terowongan tersebut ditahan oleh sebuah turbin air.
Dengan dorongan air, turbin akan berputar, dan perputaran turbin ini digunakan untuk memutar generator atau mesin pembangkit listrik. Listrik yang dihasilkan akan diubah dan diatur tekanannya dengan menggunakan transformator. Dari transformator ini, listrik dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukannya.
Sebelum digunakan untuk konsumsi rumah tangga, aliran listrik ini diturunkan tegangannya melalui sebuah transformator lagi sehingga listrik yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan rumah tangga yaitu listrik dengan tegangan 110 atau 220 volt. Sementara itu, air yang sudah digunakan untuk memutar turbin masih dapat dimanfaatkan untuk pengairan atau irigasi pada lahan persawahan.
Prinsip pembangkit listrik tenaga air adalah pemanfaatan air sebagai sumber energi untuk menghasilkan listrik, yaitu dengan cara sebagai berikut.
Dari sebuah danau atau sungai yang dibendung, air dialirkan melalui suatu terowongan dengan diatur oleh alat pengontrol. Terowongan air ini dibuat sedemikian rupa sehingga air dijatuhkan dari ketinggian 100 m atau lebih, hal ini bertujuan untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik yang sebesar-besarnya. Ujung terowongan tersebut ditahan oleh sebuah turbin air.
Dengan dorongan air, turbin akan berputar, dan perputaran turbin ini digunakan untuk memutar generator atau mesin pembangkit listrik. Listrik yang dihasilkan akan diubah dan diatur tekanannya dengan menggunakan transformator. Dari transformator ini, listrik dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukannya.
Sebelum digunakan untuk konsumsi rumah tangga, aliran listrik ini diturunkan tegangannya melalui sebuah transformator lagi sehingga listrik yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan rumah tangga yaitu listrik dengan tegangan 110 atau 220 volt. Sementara itu, air yang sudah digunakan untuk memutar turbin masih dapat dimanfaatkan untuk pengairan atau irigasi pada lahan persawahan.
2. Pembangkit Listrik
Tenaga Disel (PLTD)
Pada hakikatnya, prinsip pembangkit tenaga disel adalah sama dengan pembangkit tenaga air, yaitu dengan cara menggerakkan generator pembangkit listrik. Dalam pembangkit listrik tenaga disel, rotor dari generator digerakkan oleh mesin disel. Mesin disel dipilih sebagai salah satu
Pada hakikatnya, prinsip pembangkit tenaga disel adalah sama dengan pembangkit tenaga air, yaitu dengan cara menggerakkan generator pembangkit listrik. Dalam pembangkit listrik tenaga disel, rotor dari generator digerakkan oleh mesin disel. Mesin disel dipilih sebagai salah satu
alternatif, karena
mudah ditempatkan di mana saja, sedangkan bahan bakarnya adalah minyak disel
atau solar yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar bensin. Bila kita telaah lebih lanjut, sebenarnya pembangkit listrik
tenaga disel ini bersumber pada energi kimia hasil dari pembakaran minyak disel
yaitu solar. Jadi ini merupakan contoh perubahan bentuk energi dari energi
kimia menjadi energi mekanik kemudian menjadi energi listrik.
3. Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN)
Pembangkit tenaga listrik ini menggunakan fusi inti atom sebagai sumber tenaganya sehingga diperoleh energi listrik yang luar biasa banyaknya. Namun sampai saat ini manusia masih sulit mengendalikan tenaga yang timbul dari reaksi fusi inti untuk maksud-maksud yang tidak merusak lingkungan.
Pembangkit tenaga listrik ini menggunakan fusi inti atom sebagai sumber tenaganya sehingga diperoleh energi listrik yang luar biasa banyaknya. Namun sampai saat ini manusia masih sulit mengendalikan tenaga yang timbul dari reaksi fusi inti untuk maksud-maksud yang tidak merusak lingkungan.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
PLTU adalah pembangkit yang menggunakan uap untuk memutar turbinnya yang
akan menggerakkan generator dan akhirnya menghasilkan listrik. Uap ini
dihasilkan oleh proses pemanasan yang terjadi di Boiler.
Uap yang dihasilkan oleh boiler tentu saja tidak sama dengan uap yang keluar pada saat kita memasak air di dapur. Pemanasan di boiler pada pembangkit ini demikian panasnya sehingga uap yang dihasilkan akan berada pada fase superheated, uap yang penuh energi inilah yang “dihantamkan” ke bilah-bilah turbin, sehingga turbin akan berputar dan menghasilkan listrik melalui generatornya.
Karena rumitnya proses dari mulai memanaskan uap sampai dengan mulai memutar turbin selain juga karena adanya inersia termodinamika dalam sistemnya, maka PLTU yang di hot start baru mulai berproduksi setelah kurang lebih 5 jam. Bila proses pembangkitan dimulai dengan cold start, maka bisa ditebak, kurang lebih butuh 16 jam untuk mulai menghasilkan listrik.
Uap yang dihasilkan oleh boiler tentu saja tidak sama dengan uap yang keluar pada saat kita memasak air di dapur. Pemanasan di boiler pada pembangkit ini demikian panasnya sehingga uap yang dihasilkan akan berada pada fase superheated, uap yang penuh energi inilah yang “dihantamkan” ke bilah-bilah turbin, sehingga turbin akan berputar dan menghasilkan listrik melalui generatornya.
Karena rumitnya proses dari mulai memanaskan uap sampai dengan mulai memutar turbin selain juga karena adanya inersia termodinamika dalam sistemnya, maka PLTU yang di hot start baru mulai berproduksi setelah kurang lebih 5 jam. Bila proses pembangkitan dimulai dengan cold start, maka bisa ditebak, kurang lebih butuh 16 jam untuk mulai menghasilkan listrik.
5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
PLTG, secara prinsip hampir sama dengan PLTU, hanya saja uapnya diganti dengan gas. Karena karakteristik uap dan gas secara umum berbeda, maka akan ada beberapa prinsip dasar yang berbeda antara turbin uap dan turbin gas, selain itu, gas yang dipakai dalam PLTG bisa dibilang lebih mudah untuk disiapkan daripada uap, sehingga sebuah PLTG bisa mulai berproduksi dari keadaan “dingin” dalam hitungan menit, sebut saja sekitar 10 menit sampai 30 menit, ini jauh lebih cepat dari apa yang bisa dilakukan oleh sebuah PLTU.
Satu hal yang menarik pada PLTG adalah gas yang keluar dari turbin biasanya masih cukup panas. Cukup panas sehingga bila di sebelah PLTG ada sebuah PLTU, maka gas hasil proses di PLTG masih dapat digunakan untuk memanaskan boiler kepunyaan PLTU. Inilah kemudian yang dikenal dengan sebutan combine cycle, sebuah Pembangkit yang terdiri dari PLTG dan PLTU.
- Reciprocating engine:
- Efisiensi Pembangkit Listrik
- Potret penggunaan listrik di Jawa dan Bali
Nah...Itulah Info singkat mengenai pembangkit listrik. Semoga sedikit info dari saya mengenai pembangkit listrik bisa menambah
wawasan semuanya tentang kelistrikan di Jawa dan Bali. Tidak lupa saya
ingatkan; HEMAT LISTRIK, TEMAN!! :D
0 komentar:
Posting Komentar